Mauludan dalam lindungan kaldera dan lembah Tengger

Kaldera dan Lembah Tengger

Hari minggu kemarin waktu sepertiga malam terakhir Venus sedang di atas ufuk sebelah timur agak serong ke tenggara, dia berkejaran dengan Matahari yang menyongsong horizon dari bawah.

Kami berlima menjejakan kaki di jalan menuju ujung bukit salah satu dinding kaldera di barat daya Lumajang. Saya sering melihat sawah tapi untuk ukuran pemandangan sawah yang banyak pohon kelapa di samping tegalan-tegalan, dan menjumpai kerbau di sawah itu sudah jarang terjadi saya temui, selain kagum dengan hawa sejuk dan asri persawahan, saya juga menikmati aliran sungai yang beningnya sampai saya dan teman saya terkagum-kagum, ha ha ha.

Tapi bukan itu yang menjadi menarik. Selepas turun, kami bergegas pulang, karena kami paham betul perjalanan yang jauhnya bikin --boyok pegel-pegel-- harus kami lalui kembali agar segera bisa menyentuhkan badan ke air, ketika masih di area pegunungan --saya sudah menduga sebelumnya-- motor saya remnya blong tiba-tiba, ini adalah hal yang biasa bagi motor matic, hingga akhirnya kami memutuskan untuk rehat di masjid yang secara administrasi masih terletak di Desa Argosari, Senduro, Lumajang. Masjid ini sebenarnya menempel dengan sekolah/TPQ, sehingga banyak anak-anak sedang belajar di sini. Ketika azan ashar selesai, sembari menunggu imam anak-anak yang ada di sana memanjatkan pujian-pujian kepada Kanjeng Nabi, lalu saya ikut jamaah, tapi karena saya makmum masbuq otomatis perlu menuntaskan beberapa rakaat yang belum selesai, ketika sudah salam, bapak imam memberi pengumuman --saya kira kultum-- kepada anak-anak didiknya mengaji, pengumumam itu mengajak anak-anak untuk datang ke masjid besok malam untuk memperingati maulid nabi,

"Besok, malam selasa, bapak ibunya diajak ke masjid, membawa berkatan, syukuran untuk memperingati maulid nabi. Nabi siapa ? Nabi...."
"Muhammad" saut anak-anak
"Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, nabi kita semu....semua, nggih!?"
"Nggih"

Perkebunan di Sekitar Tengger

Seingat saya, saat itu hanya ada 3 orang selain anak-anak dalam jamaah salat; bapak imam, satu orang tua salah satu anak, saya ikut mendengarkan pengumuman pak imam tersebut. Selepas pengumuman ditutup anak-anak bergegas mencium tangan pak imam, tak terkecuali orang tua wali, dan kagetnya juga tangan saya tiba-tiba juga diraih anak-anak. Detik itu juga saya ingat betul suasana seperti itu, itu persis sebagaimana di desa-desa lainnya, termasuk desa saya. Kemudian ingatan saya meluncur jauh di desa rumah saya. Ingat euforia itu, dan juga ingat Jogja dengan Sekatennya, dengan begitu otomatis saya juga ingat tempat saya lahir di selatan Kabupaten Pati yang juga punya Meron --semacam miniatur sekaten-- (ini sebenernya kalau diceritakan ada kaitannya antara Mataram dengan Kadipaten Pati, tapi kapan-kapan saja ya he he he).

Malam ini saya ingat percakapan itu ketika saya mendengar pengumuman dari toa masjid dekat kos, dan malam ini juga pasti di Masjid kemarin saya dan teman-teman mengumpulkan energi ada syukuran untuk memeringati kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad.

Shollu 'alannabi Muhammad





0 Tanggapan:

Posting Komentar

__________

ARSIP

MEMBILANG