Untuk Darling, My Endless Love


Halo Darling, apa kabar?

Aku tak tahu apakah ini akan kalian baca pada waktu subuh, pagi hari menjelang berangkat kerja, siang hari ketika sedang rehat dari rutinitas,  atau pada sore hari ditemani senja di ufuk barat, atau mungkin di malam hari sambil tiduran di kasur atau di lantai tempat kalian berteduh. Tentu bisa saja Ahmed membacanya di kala akan berangkat kerja, Amat membaca ketika malam hari disambi tiduran di kamar mesnya, atau Inggrid membacanya sebelum berangkat kuliah, atau Latifah saat lelah di sore hari di teras sambil memandang jingga senja, atau mungkin Yeni membaca ketika sedang di kantor, atau malah tidak ke semua waktu itu.

Aku mau mengingatkan bahwa tulisan ini bisa saja mengandung premis-premis tentang teori relativitas yang digagas Einstein yaitu bisa saja terasa sangat panjang jika dibaca, tapi rasanya bisa sangat pendek dan cepat sekali, semua tergantung pada kalian meletakan proses membaca ini pada hati kalian. Kalau kalian membaca dengan pikiran yang ruwet, hati yang gundah, mungkin saja akan sangat membosankan (atau malah bisa menjadi obat dari keruwetan yang sedang kalian hadapi sekarang?). Tapi yang pasti, tulisan panjang ini akan sangat bisa (semoga) kalian nikmati apabila kalian meletakan pada hati kalian yang lapang, pikiran yang rileks, dan waktu yang senggang serta yang paling penting: mecoba menjajal membaca paragraf-paragraf panjang.

“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada” 
― Sapardi Djoko Damono
Kenapa aku mengawali tulisan ini dengan puisi tersebut? Iya, karena aku ingin menulis secara personal kepada kalian semua: satu-satu. Puisi itu sebagaimana diketahui banyak orang mungkin hanya dimaknai sebagai ungkapan antar dua sejoli, namun bagiku puisi itu juga bisa digunakan sebagai ungkapan kasih sayang kepada orang tua, keluarga, dan sahabat-sahabat secara personal. Untuk itu aku ingin menuliskan secara personal rasa terima kasihku kepada kalian semua, DARLING. Tidak ada tujuan apa-apa kecuali berterima kasih, tak ada maksud apa-apa kecuali aku kangen kalian dan didukung awal-awal kuliahku yang masih gabut dan tidak ada tugas, makanya aku isi waktu gabut dengan mengisi blog ini, dan kebetulan aku ingin menuliskan tentang kalian. Aku menuliskannya urut sesuai abjad dari nama panggilan kalian. Selamat membaca.


Bapak kita semua adalah Ahmed
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Ahmed.

Piye keadaan ning Jakarta, Med? Mantap nggak tinggal di sana? orang-orang pada "keburu-buru" semua ya? jalanan seakan medan perang ya di sana? perkampungan-perkampungan saling timpang, dan jika mentari baru saja keluar udara sudah menghitam, gedung-gedung pencakar langit terlihat angkuh, di lain tempat kekumuhan memandang dari jauh. Sungguh timpang. Tapi mau bagaimana lagi, begitulah wajah ibukota negara kita, iya kan, Med?

Aku selalu kagum dengan orang-orang yang mampu bertahan hidup lama di Jakarta, karena banyak sekali hal-hal yang diluar dugaanku, kehidupannya, tempat tinggalnya, bahkan orang-orangnya. Menjajal hidup di sana tiap sore kepalaku pusing, mungkin aku saja yang lebay atau memang diriku tidak pantas dan tidak cocok tinggal di tempat yang sangat berbeda dari kebanyakan tempat yang pernah aku tinggali. Tapi nggak apa-apa Med, latihan tinggal di tempat yang keras, agar terbiasa jikalau memang harus tinggal di sana.

Maaf yo Med, pas aku moro Jakarta wingi kae aku rak iso nemoni awakmu mbi cah-cah ning kana, jadwalku padat sekali dan ada perubahan jadwal yang mendadak, sebab ada salah satu agenda mengambil gambar di Monas, tapi sebagaimana kita ketahui bersama Monas adalah bagian dari RING 1, jadi dilarang mengambil gambar tanpa izin terlebih dahulu, sementara jadwal pengambilan gambar yang lain sudah berjalan sesuai rencana, sehingga ada agenda yang terpaksa diadakan dadakan untuk menggantikan agenda di Monas tersebut, sehingga selesainya pun sangat malam dan subuh aku sudah harus balik Jogja waktu itu.

Med, awakmu ora kangen "burjo ijo" tah? aku kangen mangan bareng cah-cah ning kana, aku wingi pas isih ning Jogja terakhir moro wes ora mbi kalian kabeh :(. Aku kangen nasi orak-arik campur gorengan dua, atau mie dogdog dengan level pedas sedengan. Aku juga kangen makan bareng-bareng di saerah atau di kolam ikan, gimana ya kabarnya saerah dan kolam ikan sekarang? Yok, kapan-kapan ngumpul maem ning kana bareng meneh. Tapi kapan yo?

Med, iling ra moro pantai bareng Yeni, Inggrid biyen kae, bukankah sebelum kita ke pantai kita makan dulu di kolam ikan? wah malah kelingan to :(Padahal niatnya mau ke Pantai Sedahan bareng teman-teman yang lain malah ketinggalan gara-gara kita makan dulu, dan naasnya kita tidak tahu jalannya sementara hari sudah petang dan akhirnya kita memutuskan menikmati Pantai Jungwok yang sudah ada di depan mata. Kangen main sama kalian semua. Yuk kapan-kapan kita kumpul dan main bereng, tapi kapan ya? :(

Dari kita semua, kamu adalah orang yang serius dalam memandang suatu hal tapi dibawakan dengan tidak serius, sehingga tidak menimbulkan ketegangan ketika membahas hal yang serius tersebut. Tentu kamu pasti banyak berbedanya dengan pandanganku soal banyak hal, tapi bukankah pemahaman seseorang dengan persahabatan adalah dua hal yang lain? Bukankah perbedaan-perbedaan pandangan itulah yang dapat memperkaya pengetahuan-pengetahuan kita selanjutnya? Kita boleh saja berbeda pandangan, politik misalnya (soale sing lagi rame pilpres, contone yo sing rodo relevan :D ) tapi bukan berarti pandangan persahabatan kita berbeda kan, persahabatan dan sudut pandang pemikiran itu dua yang berbeda. Perasaan yang dilahirkan hati dan pemikiran yang dilahirkan otak adalah dua jalur jalan yang berbeda, walau terkadang untuk menempuh suatu hal dua jalan itu harus dilalui bersama.

Med, maturnuwun ya untuk semuanya, dari kita berenam kamu adalah orang yang paling punya pengalaman hidup lebih dulu di dunia ini, sehingga kamu adalah "tetua" bagi anak-anak seperti kita berlima, terima kasih telah menjadi "bapak" kita semua, mengajarkan kesabaran tanpa perlu memerintah sabar, mengajarkan kesederhanaan tanpa menyuruh sederhana, mengajarkan ketaatan kepada Allah Tuhan kita bersama tanpa memaksa-maksa, mengajarkan banyak hal tentang hidup tanpa perlu bertutur. Med, dalam unggah-ungguh orang Jawa kita tahu harus menghormati orang lebih tua apalagi orang tua, bukankah kita harus selalu menghormati orang tua karena mereka telah dulu hidup dan memiliki pengalaman hidup lebih lama dari kita anak-anak kecil, walaupun secara perkembangan ilmu teknologi yang masif seperti sekarang ini, tentu secara kualitas ilmu teknologi orang tua kita pasti kalah saing dengan kecanggihan generasi kita dalam mengoperasikan dunia digital, tapi karena itu bukan berarti kita bisa merasa unggul di atas generasi orang tua kita, kita tetap di bawahnya, kita tetap ndelosor dibanding pengalaman hidup orang-orang tua kita, karena pengalaman hidup tidak akan pernah bisa diganti dengan kemajuan teknologi apapun, apabila kesombongan itu terjadi alangkah celakanya generasi yang merasa sudah menang sendiri (karena merasa pada masa keemasan zamannya) tersebut dan menginjak-injak generasi sebelumnya, padahal kita bisa bertahan hidup sampai sekarang juga berkat kemuliaan hati orang-orang tua kita semua dan generasi-generasi sebelumnya. Maka dari itu kita semua membutuhkan orang yang dituakan, dan tidak berlebihan jika kamu memang "bapak" kita semua Med, sing pantes ngemong nek kene kleru-kleru nglangkah, soale kene lagi podo sinau mlaku sing awale soko mbrangkang, sementara awakmu wes iso ployan-playon. Tentu ini bukan hal yang serius-serius banget, tapi ini juga bukan guyonan. He he he.


Laki-laki paling ceria itu Amat
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Amat.

Lagi ngopo saiki, Mat? nak tulisan iki mbok woco bengi-bengi mesthi lagi turonan ning kamar mes ya? ha ha ha.

Bagaimana kabarnya, Mat? Alhamdulillah pasti baik, kalaupun buruk pasti hanya karna chatmu dicueki someonemu to ha ha ha, mbok ndang dinikahi, selak ditikung uwong, mengko tangisan.

Mat, kok aku kangen pas kene karo Injid, Ifa ning Alkid biyen kae yo, dolanan egrang terus numpak mobil-mobilan sing ana werna wernine lampu kae. Kok aku tiba-tiba teringat itu ya, aku kangen jalan-jalan entah ke mana bersama kalian, aku kangen muter-muter Jogja bersama kalian, aku kangen lihat wajah-wajah kalian bahagia secara langsung. Aku kangen muter-muter di titik nol Jogja, atau masuk ke monumen peringatan 11 Maret yang juga ada di titik nol bersama Yeni dulu. Awakmu kangen ra, Mat? Awakmu rak kepengen ndek Malang a? ning kene bahasane diwolak walik, Mat ha ha ha. Nak ning Jogja kene kenal DAB, DAGADU soko aksara jawa sing diwalik, nak ndek malang karek diwalik-walik langsung soko kata asline, YO MAS dadi OY SAM nak AREK MALANG dadi KERA NGALAM, lan akeh banget sing liya. Ning kene bahasane kayak Pati ditambahi "A" ning burine, iyo a? he he he.

Mat, gak kangen Jogja a? awakmu pora kangen nonton pertunjukan dangdut angklung ndek malioboro? Aku kangen penyetan, Mat. Di sini nggak ada penyetan, adanya lalapan, ya semacam penyetan tapi sambalnya berbeda dikit, aku kangen penyetan yang mana kita suka ke sana sama Ifa waktu buka puasa kemarin itu, penyetan apa ya namanya, Mat? Aku lupa.

Ingat nggak Mat, awal-awal kuliah dulu kamu tanya kos-kosan sama aku, ha ha ha, padahal aku juga belum dapat kos, itu kan absurd sekali. Maturnuwun, Mat sudah mengajariku untuk tetap bahagia dan tersenyum bagaimanapun keadaannya, telah mengajari untuk melakukan ibadah paling gampang dan sederhana: senyum. Karena senyum itu menular sebagaimana menguap, coba saja kalau kita senyum kepada orang lain, paling tidak kita akan mendapat balasan senyum dari orang yang kita beri senyum, alangkah sederhananya menjadi bahagia di dunia ini.

Mat, ora kepengen moro Malang? ha ha ha tak takoni terus lho. Ning Batu akeh tempat wisata lho, kamu sudah capek kan kerja terus, jangan biarkan tubuhmu bergerak seperti mesin yang lambat laun jadi aus, sesekali hiburlah dirimu sendiri dan bermain-mainlah di luar, karena otak juga perlu istirahat, badan perlu hiburan, dan jiwa butuh ketenangan. Tapi tetep kudu sing semangat ngopo wae. 

Iling ra, Mat kene wong  enem ngecamp ndek Pantai Ngrumput? Aku kangen kalian semua, aku kangen liburan dengan kalian. Bukankah kita dulu berencana mau liburan setelah selesai menyelesaikan Tugas Akhir? Bukankah kita juga merencanakan foto bersama paska atau pra wisuda? Tapi semua belum terwujud, belum terjadi, hal yang ingin sekali aku lakukan adalah foto bersama kalian mengenakan toga bersama :) , mungkin Allah merencanakan sesuatu yang lain dan hanya menjadikan hal tersebut sebagai khayalan atau imajinasi dalam kenanganku saja, bukankah walau hanya imajinasi bisa berpose bersama kalian adalah hal yang sangat menyenangkan dan membahagiakan?. Aku tetap punya harapan bahwa keinginan-keinginan yang kusebutkan barusan adalah hal yang bisa terwujud entah kapan. Walaupun dengan suasana yang berbeda, mungkin foto bersama di acara pernikahanmu? atau di pernikahan Inggrid, Yeni, Ifa, bahkan Ahmed, atau malah di pernikahanku? Semoga. Siapa ya yang kira-kira nikah duluan? Ha ha ha.


Perempuan pendiam itu bernama Inggrid
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Inggrid.

Bagaimana kabarnya? Pasti baik dong. Doa baik selalu terpanjatkan kepadamu. Bagaimana keadaan di Bandung? Apakah meyenangkan? Membosankan? Atau biasa-biasa saja? He he he

Njid, pertama-tama aku ingin meminta maaf apabila tidak atau belum mampu menjadi teman yang baik buat kamu. Aku belum merasa menjadi teman yang baik buat kamu, juga tak mampu menjadi teman yang bisa menjadi keranjang penampungan masalah-masalah yang mungkin kamu hadapi. Aku paham dengan kamu yang memiliki sifat pendiam di depan khalayak umum, aku juga paham kamu orang yang tidak selalu bisa nyaman pada setiap orang apalagi baru kamu kenal, dan aku juga tahu kamu orang yang asyik. Njid, tapi aku kadang berpikir dan melihat sisi lain bahwa diantara kita berenam kamu menjadi "minoritas", seringkali kalau kita kumpul dan menggunakan bahasa mayoritas kita berlima: bahasa jawa, kamu hanya diam menyimak, aku yakin kamu paham maksud pembicaraan kita, tapi kamu urung untuk ikut nimbrung, mungkin takut salah omong? atau malu kalau menjadi bahan tertawaan kita berlima? atau malah kamu tidak tahu mau omong apa?. Seringkali aku merasa berdosa dengan hal-hal kecil semacam itu, seringkali aku merasa gagal menjadi temanmu yang baik di saat-saat seperti itu, Njid. Oleh sebab itu, maafkanlah kami, terlebih lagi maafkanlah aku, Njid.

Tapi Njid, percayalah aku selalu mencoba ingin dekat dengan kamu, ingin mengetahui lebih jauh tentang latar belakang budaya keluargamu: Minangkabau, ingin mempelajari berbedaan-perbedaan yang kadung melekat pada diri kita masing-masing. Bukankah perbedaan itu rahmat, Njid? kamu juga percaya hal itu sebagaimana aku mempercayainya? kalau memang iya, sungguh aku ingin dan ingin sekali ─entah kapan menginjakan kaki di tanah Minang, dolan ke rumahmu, melihat hamparan alam ciptaan Allah di tanah Minang, tentu aku ingin kita berenam bersama-sama ke sana semua. Semoga. Bukankah itu akan menjadi hari yang sangat menyenangkan? Kita tak harus melulu berkumpul di Jawa, sesekali menengok ke pulau seberang Sumatera, atau malah kita bisa berkumpul di tempat-tempat lain di hamparan alam raya negara kita Indonesia yang indah ini. Dimanapun kita berkumpul, asal bersama kalian aku rasa selalu akan menjadi hari yang menyenangkan, seperti kata kebanyakan orang bahwa bahagia itu "bukan di mana, tapi dengan siapa". Njid, ingatkah kamu ketika beberapa bulan lalu, ketika Jogja sudah ditinggalkan oleh sebagian dari kita, tinggal aku, Yeni, dan kamu, lalu kita pergi ke pasar dan membeli jeruk nipis dan sebongkah buah naga? tahu nggak, kalau jeruk nipis yang kita beli itu bahkan sampai sekarang aku tak pernah mencicipinya, ha ha ha memang payah aku ini, katanya mau diet, ealah yang ada cuma teori, nggak konkret :D . Tapi buah naganya langsung habis kok, karena seperti yang pernah aku ceritakan, di rumah Ibuku selalu menyediakan buah naga yang selalu ada di meja makan, tiap aku pulang pasti akan menghabiskan satu buah naga secara langsung dan cuma-cuma.

Aku senang ketika bisa bertukar pikiran dengan orang pendiam, Njid, aku senang bisa mendengar cerita-cerita darimu, aku punya teman-teman yang pendiam sepertimu dan aku selalu ingin mendengarkan cerita-cerita dari mereka, sebab, bukankah kita bisa dekat dengan seseorang karena kita sudah banyak tahu tentangnya? lalu sumber paling valid untuk tahu tentangnya bukankah karena cerita-ceritanya? bukannya orang itu menjadi unik, kita bisa merasa tertarik dan dekat dengannya karena kita sering bertukar cerita? seenggaknya apabila kamu tidak setuju dengan hal itu, itu cukup untuk aku yakini sendiri. Karena aku sebenarnya seperti kamu: pendiam. Aku tak bisa dan tak mampu bercerita pada banyak orang, padahal naluriku berkata ingin selalu bercerita, tapi ternyata aku hanya mampu bercerita panjang lebar kepada orang-orang yang dekat dengaku saja, tentang hal-hal sedernana seperti apa yang kamu baca sekarang.

Aku dan teman lainnya kadang mengkhawatirkanmu Njid, kadang aku bersedih pada hal-hal tertentu yang menyangkut dirimu, contohnya kamu yang tiba-tiba meneruskan kuliah di Bandung dan tak ada teman perempuan satu pun seangkatan (dari kuliah sebelumnya) dengan mu, aku dan teman-teman lain mengkhawatirkan kehidupanmu di sana bagaimana, karena kamu orang yang begitu bisa mengalah pada hal-hal yang sulit untuk orang mampu mengalah, kamu mampu diam padahal seharusnya kamu bisa bersuara, dan kamu mampu melakukan hal itu, sedangakn aku tidak. Itu lah rasanya kekhawatiranku sedikit demi sedikit memudar dan percaya bahwa kamu lebih dari yang aku bayangkan, bahkan mungkin kekhawatiranku itu hanya buah pikiranku dan teman-teman yang terlalu berlebihan saja, padahal kamu kenyataannya tak merasa hal seperti itu dan merasa baik-baik saja, dan aku percaya itu: kamu akan selalu baik-baik saja, karena doa baik selalu menyertaimu.

Njid, tunggu kami di Bandung ya! Oh iya, kamu tidak ingin ke Malang? sekedar bertemu denganku?


Teman melankolisku namanya Latifah
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Latifah.

Piye jare kate moro Malang? Kok ngedabrusss! He he he

Bercanda Fah, nggak apa-apa kalau kamu nggak jadi ke sini karena kesibukan yang memang lebih harus dikerjakan daripada hanya ingin melipir ke Malang. Cuma, kadang aku kangen wae, Fah. Dari kita berenam kamu adalah orang yang punya sisi melankolis mirip-mirip sama denganku, di lain sisi aku yang punya sifat keras kepala. Tapi untuk saat ini, sifat keras kepala itu luntur dari diriku begitu sisi melankolisku muncul, dan itu bisa muncul berkat kamu: orang yang mengajariku untuk mampu berempati pada setiap hal, setiap waktu dan setiap tempat. Rasanya aku sangat bahagia akhir-akhir ini ketika sifatku yang dulu keras kepala dan pemarah itu sedikit demi sedikit bisa hangus, tentu terkecuali kalau aku marah-marah dengan kalian, itu beda lagi, karena kalau dengan kalian berlima marahku tidak pernah serius walaupun dengan gestur dan mimik wajah yang serius, itu hanya ungkapan kemarahan sayang. Bukankah bapak ibu kita juga pernah atau malah sering memarahi kita? apakah itu berarti orang tua kita beneran marah atau benci dengan kita? begitulah aku terhadap kalian.

Fah, aku pengen munggah gunung, aku kangen hutan, kangen suara-suara alam, kangen udara segar, kangen mata air yang bisa langsung diminum, walaupun sekarang kadang aku merasa kesal dengan orang-orang di gunung yang membawa cara-cara modern mereka untuk mengotori hutan dan melupakan bahwa mereka sedang berada di alam, di hutan. Tapi aku tidak boleh kesal apalagi benci dengan mereka, bahwa orang itu melakukan apa yang kita anggap salah, kita tidak lantas harus membencinya, kita boleh saja membenci tapi bencilah perilakunya, bukan membenci manusianya, orangnya, personalitasnya. Bukankah setiap orang ditempeli perilaku-perilaku yang sebenarnya hanya asesoris dalam dirinya, begitulah orang yang kita anggap jahat, kita hanya melihat asesoris jahat yang sedang melekat dengannya, padahal ada asesoris-asesoris lain juga melekat padanya, dan tentunya tubuh dan jiwa itu berbeda dengan asesoris ataupun pakaian. Hanya saja kita memang sering memandang sesuatu secara cepat, lebih cepat dari kecepatan cahaya, sehingga kesimpulan yang kita ambil bisa timpang, premis-premisnya kurang, lalu akhirnya kita menghakimi, menyalahkan, merasa menang sendiri, begitulah kiranya manusia sekarang. Semoga kita semua senantiasa bisa belajar dan dan terus belajar, untuk menjadi manusia.

Fah, aku pengen ning kali kuning meneh, aku kangen kali kuning, aku kangen suasana dingin di lereng Merapi, aku kangen Jogja, Fah. Aku senang bisa mengenalmu, terlebih menjadi teman melankolisku, aku senang berbicara dan bercerita dengan orang yang mampu merasakan suatu hal yang sekiranya mirip denganku, sebab bukankah kita tak pernah bisa dan tahu orang bisa merasa persis seperti yang kita rasakan, walaupun sama-sama mengucap "aku merasakan sedih" misalnya, karena sedihnya si A dengan si B tidak akan pernah sama, maka yang paling mendekati ya kata: mirip. Dan kamu adalah orang yang ku anggap bisa merasakan kemiripan apa yang aku rasakan.

Fah, aku kangen fremilt, aku kangen kita bertiga dengan Amat jajan fremilt di jalan kaliurang dan duduk di beranda toko sebelahnya yang sedang tutup, aku kangen bertukar cerita kepada kalian, aku kangen cerita-cerita kalian, aku juga kangen minum jamu di jalan Monjali, bagaimana kabar mbah "cantik" penjualnya itu ya? Semoga selalu dilimpahi kesehatan. Tahu nggak, waktu kecil, sebelum aku di sekolahkan di luar kota ─itu artinya aku masih SD, hampir tiap sore pasti akan ada penjual jamu yang lewat di kampungku, membawa sepeda ontel dan dari kejauhan akan terdengar "Mu, jamuuuuuu, jamuneeee, kunir asem, pegel linu, manisan". Dulu aku sering membelinya, paling banter aku beli kunir asem, kalau lagi malas minum yang asam-asam aku hanya membeli manisan, aku nggak begitu tahu dari apa manisan itu dibuat, yang pasti kayak sirup gitu rasanya. Dan ketika kamu memperkenalkanku dengan jamu lagi di Jogja, ingatanku langsung terlintas pada masa kecilku dulu itu. Aku kangen.

Fah, aku kangen awakmu, kamu ingat kan ketika kita makan di warung klotok dulu? Aku senang suasan warung klotok yang "ndeso" itu, aku seperti sedang dolan di rumah kakekku, aku melihat tiap sudut-sudut ruangan warung itu mengingatkan sekali dengan suasana jadul, suasana ndeso, suasana jawani banget. Aku kangen berpanjang-panjang cerita seperti dulu itu, tentang temanku SD yang sudah meninggal, tentang kehidupanku waktu SMP, SMA, tentang pengalamanku pertama kali hidup di kos pada umur 12 tahun, di sebuah kamar sempit yang malah lebih seram tempatnya daripada kosku di Jogja atau di Malang sekarang, dan cerita-cerita lainnya. Aku juga kangen cerita-ceritamu, walaupun aku tahu kamu dan kalian semua itu tipe-tipe orang yang suka menyembunyikan sesuatu, suka merahasiakan sesuatu yang menurutku "Ngopo to didelik-delike" wong mbi aku wae lho, dan sering kali mengalihkan perhatian dengan cara yang lucu ha ha ha. Tapi itu hak kalian, aku juga tak mengharap apa-apa dari hal-hal seperti itu, kalau memang itu adalah hal yang perlu kalian nikmati sendiri. Selama kalian sedih aku juga akan merasakan kesedihan itu, begitupun jika kalian bahagia, maka dari itu: berbanyaklah bahagia, karena aku juga akan merasakan kebahagian kalian. Pokoke aku kangen kon kabeh, Rek!

Buku soko aku wes mbok woco kabeh? sesok sesok tak wenehi meneh nek awakmu seneng moco. He he he.


Orang penenang itu punya nama Yeni
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Yeni.

Kabarnya baik kan? Alhamdulillah. Gimana kabarnya Jogja? eh Bantul ding, semakin menentramkan pasti. Kapan mau ke Malang? ngak ada rasa ingin berkunjung ke Malang kah? Di sini dingin lho, nggak ding, yang dingin di Kota Batu, di Kota Malang sama saja kayak Jogja, kadang panas, kadang dingin.

Kok aku kangen nonton film sama kamu ya Yen, he he he. Sebelumnya aku mau berterima kasih kepadamu karena telah menemaniku dan mendengar cerita-ceritaku yang biasanya panjang lebar, serta mengajari aku menjadi orang yang bisa mendengarkan dengan baik. Walaupun tak jarang ada hal-hal yang menjengkelkan dalam dirimu yang membuatku menghela napas, contohnya: membiarkan chat yang belum selesai dan dengan sangat sengaja acuh tak acuh, hanya karena (mungkin) tidak ingin membalas, atau ada hal yang pekewuh (ini yang sering), padahal itu sesuatu yang sepele, tapi bukan untuk disepelekan. Itu memang sudah menjadi kebiasaanmu, sudah melekat dalam dirimu, dan susah untuk dihilangkan. Tapi ya ndak apa-apa ding, terserah kamu saja, kalau itu kamu anggap baik buat kamu ya terusakan saja, he he he.

Terima kasih telah menjadi "mbak" (wong ncen tuwo kowe ya, dadi cocok nak mbak) yang bisa menenangkan "adik"nya dikala perasaan gundah gulana. Tahu nggak, Yen, malam ketika aku menulis ini bulan sedang bersebelahan dengan gugus bintang Sagitarius lho, kamu tahu kan aku suka mengamati langit, suka melihat gugus-gugus bintang atau planet mars maupun venus lewat aplikasi di handphone, suka memotret gerhana bulan dan fenomena langit lainnya, bukankah zodiakmu juga Sagitarius sepertiku? tahukah kamu, kenapa setiap orang yang lahir pada akhir November sampai dengan akhir Desember disebut mempunyai zodiak Sagitarius? sebab pada saat periode tanggal tersebut matahari sedang berada di dalam daerah kekuasaan gugus bintang yang dinamakan Sagitarius, dan dari sanalah kenapa orang yang lahir pada periode tanggal tersebut dapat ditentukan sifat-sifat manusianya yang didasarkan dari ilmu semu astrologi, yaitu ilmu yang menghubungkan gerak relatif benda langit dengan nasib manusia, kenapa aku sebut ilmu semu, sebab astrologi tergolong ilmu ngawang-awang atau tak mengikuti metode ilmiah sebagaimana ilmu-ilmu yang lain. Tapi kenapa kita tidak memiliki kemiripan sifat sedikit pun ya? itulah kenapa aku tak pernah percaya yang namanya jenis sifat yang dikelompokan berdasarkan periode gerak relatif benda langit yang dipelajari dengan ilmu semu astrologi atau kita menyebutnya zodiak, mungkin kalau untuk senang-senang dan mempelajari sebagai pengetahuan umum beda lagi, karena menurutku manusia bertumbuh begitupun dengan sifat-sifatnya yang mengikuti, serta dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yang setiap manusia berbeda-beda dalam mengalaminya.

Yen, kok aku kangen moro ning FKY ya, wah tahun sesok wes gak iso teka ning FKY meneh ya? aku kangen keliling ke acara-acara kesenian di Jogja, Yen, aku juga kangen main ke acara-acara pameran lukisan seperti kita dulu bersama dengan Ifa ke pameran lukisan ArtNET di PKKH UGM. Kamu nggak kangen pergi ke pasar kangen, Yen? aku kangen betul, dulu sebelum kamu ajak ke sana, aku selalu sendiri di tempat-tempat seperti itu, aku merasa tidak menemukan teman yang pas untuk diajak menikmati hal-hal yang mungkin menurut kebanyakan orang membosankan, aku takut ketika mengajak orang lain, tapi dia tidak bisa menikmati apa yang baru saja dihadiri, aku takut mengecewakan manusia, oleh sebab itu aku sadar penuh bahwa kesukaanku pada pertunjukan kesenian, teater, gamelan, wayang, tradisi-tradisi jawa, dan hal-hal yang dianggap orang milenial "kuno" dan "tuwo" aku nikmati sendiri dan aku datangi sendiri untuk bisa menikmatinya, hingga pada akhirnya kamu mau diajak di tempat-tempat pertunjukan seperti itu, walaupun kadang aku takut juga kalau kamu nggak nyaman, tapi kamu kedarung ewoh denganku dan tidak mau bilang. Aku sangat takut akan hal itu. Apakah kamu menikmati ketika datang ke acara-acara yang kebanyakan orang katanya membosankan dan kuno itu?

Yen, kapan terakhir nonton The Kandang? Aku sebenarnya tidak begitu suka menoton konser musik dengan keramaian banyak orang kalau tidak benar-benar mengetahui terlebih dahulu apa yang akan aku tonton, misalnya Efek Rumah Kaca, Stars and Rabbit, dan band indie lainnya. Tapi karena kamu, aku mencoba menghargai kesukaanmu dan kegilaanmu pada The Kandang, kemudian aku mencoba suka dan mendengarkan musik-musiknya. Bukankah apabila kita ingin mengenal sesuatu atau seseorang kita harus membuang terlebih dahulu prasangka-prasangka jelek yang sudah kita tanam dalam pikiran terhadap orang tersebut? kemudian kita baru perlahan-lahan mencari tahu lebih dalam tentang sesuatu tersebut. Yang membuat sesuatu hal terlihat jauh dan berjarak itu karena kurang dekat (hayo iyooo :D ), maksudku kalian waktu pertama awal-awal masuk SD atau SMP atau SMA atau malah kuliah pasti pernah punya teman satu kelas yang kelakuannya njengkeli dan membuat gregeten kan? misal dia suka usil atau dia suka membuat keramaian di kelas atau dia caper dan lain sebagainya, tapi kemudian lambat laun ketika kalian sudah lama berbagi kelas dan sudah saling kenal, rasa jengkel dan gregetan itu lambat laun akan hilang dengan sendirinya, padahal kelakukan si anak yang awalnya njengkeli itu tidak berubah dari awal kalian kenal, ya tetap membuat kerusuhan, tetap jail, tapi ada satu hal yang berubah, yaitu perasaan kita terhadapnya sudah tidak jengkel lagi, sudah tidak kesal lagi, itu disebabkan kalian sudah saling kenal, sudah dekat, sudah hafal watak satu sama lain, sehingga rasa pemakluman itu bisa muncul. Itulah gunanya pertemanan, mendekatkan yang jauh, membuang sekat prasangka yang tidak boleh terpikirkan dalam diri. Itulah yang mendasari aku mau kamu ajak menonton musik-musik kesukaanmu, karena kamu juga mau meluangkan waktu untuk membersamaiku menonton apa yang aku sukai dan mungkin tidak kamu sukai. Bukankah setiap niat baik kita Allah selalu akan memuji, bahkan bukan hanya memuji tapi juga memberi jalan atau memfasilitasi?.

Yen, aku pengen embuh sok kapan bisa mendatangi pasar kangen lagi, FKY yang entah ke berapa lagi, menyaksikan pertunjukan teater atau kesenian yang lainnya lagi, serta sesekali menonton konser The Kandang di sekitar UGM dan menyanyikan lagu Dari Kandang Untuk Indonesia...
Semua cinta musik Indonesia
Lestarikan musik Indonesia
Karena kita orang Indonesia
Musik dangdut selalu bergema

Angkat tangamu ke kiri ke kanan
Putar badanmu dan bergoyang-goyang
Bernyayi dan menari sampai pagi
The Kandang akan selalu menemani
Memang aku sengaja menuliskan ini dalam bentuk seperti percakapan dalam surat elektronik, yang aku tujukan kepada masing-masing kalian dan sekaligusnya kalian bisa membaca surat-surat yang lain yang juga aku tuliskan kepada yang lainnya, DARLING.

Aku tak mengharap balasan apa-apa, tapi jikalau ada salah satu dari kalian
atau malah semua membalas apa yang aku sebut "surat" itu alangkah bahagianya diriku. Sunggu membahagiakan apabila bisa menulis panjang lebar dan dibalas dengan panjang lebar juga. Bukankah itu sangat mengasyikan? karena aku yakin kalian tidak merasakan masa mengirim surat dan menanyakan kabar seperti hal ini, lalu pergi ke kantor pos dan memberi alamat tujuan surat tersebut kepada orang tua, kerabat, atau sahabat di lain tempat tinggal, adapun jika pernah menulis surat sepert itu pastilah hanya menjadi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama. Tapi apabila ada salah satu dari kalian yang benar-benar pernah berkirim surat seperti itu, alangkah indahnya dan syahdunya hidupmu, merasakan rasa-rasa cemas dan kebahagian ketika menerima balasan surat. Itulah yang ingin aku hidupkan.

Masih banyak yang sebenarnya ingin aku tuliskan, tapi sepertinya tulisanku ini sudah terlalu panjang dan kalian sepertinya sudah cukup lelah membacanya. Memang tidak akan pernah bisa dan selesai menuliskan hal-hal tentang kalian, selalu akan ada hal yang luput dan lupa untuk dituliskan, karena setiap hari kenangan yang muncul juga bermacam-macam jenisnya, namun aku selalu akan menuliskan hal-hal baik untuk kalian. Kelak jika kita sudah menambatkan hati pada seseorang dan berlabuh pada pulau tujuan masing-masing hidup kita, tulisan ini yang akan menjadi salah satu dokumen sekunder sejarah kita berenam, dan dokumen primernya adalah kita berenam, ingatan-ingatan yang tersimpan dalam memori otak kita. Karena sejarah harus dituliskan, dan menulis adalah perkerjaan untuk keabadiaan kata sastrawan Pramoedya Ananta Toer, maka aku mencoba menulis walau hanya sekadarnya, walau hanya hobi saja, walau hanya kalian yang membaca. Sebab, selain diabadikan kenangan harus dituliskan dan dirasakan bersama-sama.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh



0 Tanggapan:

Posting Komentar

__________

ARSIP

MEMBILANG