Pesan Singkat

[02.59, 21/3/2017] Kartika Mahligai Legi: ibu bumi meninggal.
[03.02, 21/3/2017] Kartika Mahligai Legi: pulang 😭

Pesan itu telat aku buka. Setelah minum segelas air putih, lalu bergegas cuci muka dan sikat gigi, aku buka gorden penutup kaca jendela. Baru menyadari ponsel berbaring di lantai dengan nyawa nyaris tercerabut. Kupandang jarum jam dinding sudah mentereng di pukul sembilan. Setelah menyala terlihat pesan singkat memekatkan pandanganku, nyaris aku tak mampu menyumpal air yang bergemuruh turun menjalar pipi. Mataku merah, tapi tak mungkin sembuh dengan obat tetes. Aku melayang dengan tubuh yang berat, diguncang angin, dibawa ke utara. Aku pulang. Menyusul ibu di pemakaman.

Jika ibu akan masuk surga, aku menitipkan salam kepada hal-hal yang tak mampu masuk ke sana, agak sempat mencicipinya, walau hanya sementara. Jika ibu memilih neraka, aku menyumbang beberapa bagian timbangan yang jatuh ke arah sana, dan itu akan aku bayar selamanya.

Makam ibu penuh dengan gulma, tumbuh menjalari kamboja-kamboja yang sebelumnya tidak ada. Ia tumbuh mengikuti akar yang dolan ke makam seberang, hingga muncul di pundak nisan makam ibu. Gulma itu tumbuh bersamaan semen-semen yang ditempel ke kijing makam.

Sekarang bukan hanya kaki yang berlumur semen, seluruh badan bahkan makam ibu ditimpuk semen. Seperti nasib kita semua, akan selalu berlalu pengulangan tanpa pengurangan.

–Departemen Teknik Geodesi Fakultas Teknik UGM (2017)

0 Tanggapan:

Posting Komentar

__________

ARSIP

MEMBILANG