Pitpitan

Centini mejeng

Bersepeda atau orang di desa saya menyebut "pitpitan" dari kata dasar "pit" yang berarti sepeda, akhir-akhir ini sedang moncer digemari hampir seluruh lapisan masyarakat di Indonesia, mulai dari perkotaan sampai dalam desa semua demam sepeda, mulai dari anak-anak sampai orang tua semua kepengen punya sepeda. Dalam dunia manajemen pemasaran hal semacam ini belum bisa dikatakan trend, bisa jadi hanya fad. Sebelumnya, demam sepeda ini ditengarai pagebluk covid19 yang membuat segala macam aktivitas terhenti, sekolah-sekolah belajar daring dari rumah, kantor-kantor menyelenggarakan kerja daring dari rumah, mengakibatkan kejenuhan masal orang-orang yang sebelumnya punya rutinitas lain, lalu awalnya entah dari mana tiba-tiba banyak orang bersepeda, ditambah kemudahan terhubungnya orang dengan sosial media membuat informasi semakin mudah menyebar ke mana-mana, apalagi fitur "story" yang ada di instagram, facebook, whatsapp memermudah orang untuk update aktivitas kesehariannya.

Deman sepeda akhir-akhir ini sekilas mirip dengan gelombang cinta dan akik dulu itu, pada akhirnya hanya orang-orang yang memang sudah terjun ke hal yang sedang digemari itu jauh-jauh hari sebelum demam melanda yang akan bertahan pada kesukaannya, gampangnya hanya orang yang memang hobi sudah dari dulu dengan hal tersebut yang nanti kalau deman sudah reda masih bertahan "dolanan" barang itu.

Ada yang menarik antara demam di desa dan di kota, orang di kota demam dengan sepeda kemudian mengelompok pada komunitas-komunitas untuk berbagi informasi, gowes bareng dan meracuni teman-temannya untuk upgrade (sederhananya seperti itu), sementara demam di desa lebih kreatif dan variatif, sepeda-sepeda yang sudah lama tergeletak lama di gudang, atau yang hanya biasa digunakan ke sawah, mulai dikeluarkan dibongkar semua dan dimotif sesuka hati yang akhirnya menciptakan segmen demam yang baru, seperti demam sepeda minion itu ngehit di kalangan orang-orang desa, yang mana itu dari sepeda-sepeda phoenix zaman saya kecil yang memang persebarannya sangat masif dulu di desa-desa.

Soal demam sepeda ini, sebenarnya saya senang-senang saja, karena di jalan-jalan akan selalu ditemui penunggang sepeda, dari jalan nasional, jalan daerah, sampai jalan-jaan setapak di pedalaman desa akan selalu ada tapak karet ban yang menyentuh aspal, jalan makadam, jalan tanah, sampai di lantai-lantai rumah. Semoga demam ini bukan hanya menjadi fad tapi setidaknya bisa jadi trend, apalagi bisa berkelanjutan, jika demamnya sudah reda, semoga memunculkan pesepeda-pesepeda baru, penghobi sepeda baru yang memadati jalan raya, agar insfratuktur sepeda semakin banyak dan yang pasti kita bisa lebih menikmati hidup dengan bersepeda.

0 Tanggapan:

Posting Komentar

__________

ARSIP

MEMBILANG