![]() |
Saya dan Andrei |
Ini mungkin akan jadi tulisan yang menggelikan ataupun memalukan atau semacamnya, terutama jika dibaca dua teman saya yang akan tercatat di tulisan ini. Tapi saya perlu menuliskan ini karena hidup yang hanya begini ternyata tidak ada menariknya tanpa cerita-cerita yang terus didengungkan di telinga kanan kita, atau dunia yang larinya semakin cepat ini tak mampu kita kejar ujungnya, lha wong kita ini jalan santai, jhe. Dan umur begitu misterius untuk dipikirkan kapan berhentinya.
Kalau boleh dibilang, mereka berdua adalah teman paling lama yang pernah saya punya, dalam arti yang sebenarnya, teman dalam perjalanan hidup saya selalu silih berganti tiap periode, contohnya teman sewaktu sekolah dasar ya kenal semasa menduduki pengalaman di sekolah dasar, teman kuliah ya kenal waktu kuliah, dan seterusnya, dan seterusnya, sehabis periode pertemuan kita selesai, ya intensitas kita berteman sangat menurun bahkan acapkali hilang kontak dan bisa dipastikan tidak tahu keberadaanya lagi sekarang, kecuali mereka berdua, setidaknya saya merasa begitu. Saya mengenal mereka berdua sejak menginjak bangku Sekolah Menengah Pertama, atau lebih pastinya ketika mulai merasakan bau-bau bangku kelas 8. Kita tidak tiba-tiba kenal dekat tentu, tapi kita saling mengamati dari jauh, hingga akhirnya waktu kelulusan SMP kita dipertemukan di SMA yang sama dan di kelas yang sama pula ketika kelas 10.
Saya dan mereka berdua — Aji dan Andrei — pernah fafifu ngobrol filosofis padahal niatnya mau belajar pelajaran Kimia bersama di kos saya yang sempit waktu itu, mungkin sekitar periode pertengahan tahun 2013, saya paling bodoh diantara keduanya tentu saja soal pelajaran tersebut.
Saya dan mereka pernah melanglang buana ke Yogyakarta pertama kali tahun 2014 waktu piala dunia sedang berlangsung dan pencarian bakat standup comedy di salah satu stasiun televisi waktu itu — SUCI 4 — sedang menuju grand final.
Saya dan Andrei pernah berangkat pertama kali ke Yogyakarta untuk mencari kos di daerah Pogung, Sleman (tentu kami baru menyadari beberapa tahun setelahnya kalau Pogung ternyata sebegitu rumit), tentu tidak jadi kami tempati, itu pertegahan di tahun 2015.
2016 ingatanku terskip, atau memang kita tak punya banyak waktu buat bersama karena tentu kesibukan masing-masing.
Saya dan Aji pernah hampir ketabrak truk di jalan Yogya-Magelang waktu berangkat ke Dieng tahun 2017.
Saya dan Aji pernah mendaki Mahameru cuma berdua, kita benar-benar cuma berdua di atas sana, untuk beberapa menit, sebelum akhirnya ada pendaki lain yang menyusul ke atas pada tahun 2018
Tahun-tahun berikutnya tidak ada hal yang spesial, kecuali tiba tiba tahun kemarin Aji memutuskan untuk menikah. Tentu kegiatan ini adalah hal yang sangat ganjil yang pernah saya lakukan: datang ke acara pernikahan. Dan kalau tidak salah tanganku tremor waktu akan menuliskan nama di daftar buku tamu. Lalu kuserahkan tanggjungjawab tulis menulis itu ke Andrei.
Seharusnya tahun ini kita akan mendaki gunung lagi (bertiga), tapi saya perlu meminta maaf kepada mereka berdua karena itu mustahil untuk dilaksanakan karena kesibukanku sendiri.
Tentu tidak jadi naik gunung bukan hal yang sedih-sedih banget, toh kita bisa tetap minum-minum air putih bareng dan menyaksikan band-band kesayangan manggung di depan kita. Lalu kami bercerita ngalor ngidul tentang putus cinta bersama mantannya mantan pacar kami sendiri (Oh iya, saya dan Andrei pernah punya mantan pacar yang sama).
Jika ada lagu berjudul “nice boys don’t play rock n roll”, dan ada buku bertajuk “nice boys don’t write rock n roll”, kami bertiga mah apa atuh, cuma “nice boys don’t act anything”.
Tapi sudah saya putuskan untuk tidak sedih mengetik ini. Karena saya percaya mereka akan selalu datang di tahun-tahun dalam hidupku yang akan datang dan tidak terduga duga dan selamanya, karena pertemanan mah apa sih, cuma kembalian uang parkir yang lupa disimpan di saku celana sebelah mana, dan menemukannya di kemudian hari dengan perasaan yang tak terduga-duga bahagianya.
0 Tanggapan:
Posting Komentar